Luka sayat atau
bakar
sangat rentan terhadap berbagai
bakteri,
baik bakteri gram positif maupun negatif. Dalam berbagai kasus, biasanya luka sayat atau
bakar
diobati dengan povidon iodine 10% walaupun
diketahui beberapa diketahui banyak efek samping
yang ditimbulkan, seperti sensitivitas,
eritema lokal, nyeri,
erosi mukosa, dan risiko utama yang
terkait
fungsi tiroid (Andini,
Jurnal Media Medika Muda, 2012). Tetapi jika tidak segera ditangani, luka sayat atau bakar
dapat menyebabkan kematian.
Biasanya
luka
bakar atau sayat seringkali tidak diperhatikan sehingga menimbulkan sepsis. Sepsis merupakan kerusakan system imun
akibat infeksi (Widjaja, 2011:1) yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus Aureus. Berdasarkan penelitian, ranting tumbuhan patah
tulang dapat digunakan untuk mengobati luka untuk mencegah infeksi(Ulil, 2006:19).
Berdasarkan
Ulil Absor pula, Bakteri Gram Positif
(Staphylococcus Aureus ) sangat rentan terhadap
pengujian dengan antibakteri dari
Ranting
Patah Tulang, sehingga pada penelitian ini hanya terbatas pada bakteri uji
stapylococcus aureus. Namun dikota – kota
besar tumbuhan ini mulai langka dan bahannya
mudah rusak sehingga
tidak dapat disimpan
lama. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk membuat
obat luka dari tumbuhan
patah
tulang yang lebih efektif dan
tahan terhadap
penyimpanan.
Sehingga diperlukan penelitian untuk menemukan formulasi yang tepat dalam pembuatan amtiseptik gel dari ekstrak
ranting patah tulang.
Metode yang
dilakukan dalampenelitian ini yaitu kuantitatif, dengan mengukur diameter zona
hambat bakteri Stapylococcus aureus
dan mengukur secara deskriptif analitis penyembuhan luka pada tikus betina
galur wistar. Pada penelitian ini belum menciptakan suatu antiseptik secara
sempurna, tetapi dari penelitian ini didapatkan data zona hambat yang
dihasilkan ekstrak ranting patah tulang dan kesembuhan tikus putih.
Hasil
pengukuran diameter zona hambatan Staphylococcus aureus pada penelitian ini sungguh mengejutkan. Biasanya semakin besar konsentrasi
ekstrak zona hambat
yang lebih besar. Tetapi pada penelitian
ini konsentrasi 75% menghasilkan diameter zona
hambatan terbesar yaitu 3,5 cm.Pengukuran luka tikus putih galur
wistar betina, dilakukan pengukuran metode deskriptif analisis,yaitu dengan
mengukur panjang bekas luka yang dibandingkan dengan luka awal dan diberi
keterangan secara deskriptif setiap pengukuran. Pada percobaan ini konsentrasi
ekstrak ranting patah tulang 50% yang paling efektif dengan persentase
kesembuhan mencapai 70-90% dalam waktu 4 hari dengan bekas luka menghilang.
By : Muhammad.Robby.F.S (085729402734)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah mengunjungi website resmi Himpunan Mahasiswa Kimia FMIPA UNY