Pengaruh Bahan Kimia dalam Dunia Pertanian
Bahan makanan organik dihasilkan dari sistem pertanian organik. Namun, seiring perkembangan teknologi, sistem pertanian di Indonesia pun berubah. Perubahan pola tanam, teknologi bercocok tanam, hingga pembudidayaan varietas tanaman, ternyata tidak hanya memberikan manfaat kepada petani dan konsumen. Dampak negatif terhadap alam dan rantai makanan yang berada di dalamnya pun timbul di kemudian hari. Padahal, perkembangan teknologi pertanian ini sudah mendarah daging di para pelaku pertanian yang lekat dengan bahan kimia dan juga mahal.
Tanpa kita sadari, beragam racun masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang kita konsumsi. Racun racun tersebut berasal dari pengolahan makanan yang tidak alami, yang dimulai sejak proses penanaman atau pengembangbiakan hingga pengolahan makanan jadi. Penggunaan pupuk kimia, polusi air dan udara, penggunaan bahan makanan kimia, serta rekayasa genetik adalah beberapa contohnya. Racun racun tersebut menyebabkan organ organ tubuh harus berfungsi ekstra untuk menghalau racun keluar dari sistem pencernaan dan peredaran darah. Dalam kondisi normal, tubuh dapat menyingkirkan racun racun tersebut. Namun, jika semakin lama racun semakin menumpuk, tubuh pun akan bereaksi dan menjadi sakit. Tentu saja hal inilah yang harus kita hindari.
Ketahanan pangan (food securities) Indonesia pada periode 2015-2080 juga sangat rentan terhadap perubahan iklim. Akibatnya, masalah banjir, kekeringan, serangan hama, selalu dijadikan kambing hitam dari gagal pangan. Produktivitas padi pada 2015 sebesar 5,34 ton per hektare (ha), kemudian turun menjadi 5,24 ton per ha dan 2017 hanya mencapai 5,16 ton per hektare (ha). Pemerintah telah mendorong penggunaan benih bermutu dan varietas unggul melalui subsidi benih. Anehnya, banyaknya bantuan benih pemerintah, namun dari aspek produktivitas malah menurun. (Hisnu Fadil Sularsito)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah mengunjungi website resmi Himpunan Mahasiswa Kimia FMIPA UNY