Mystery of Dandelion
Oleh : Baniar
Angin
berdesir kuat dengan deras hujan yang begitu lebat juga tak jarang terdengar
kilatan petir membuat suasana malam
hari ini begitu mengintimidasi. "Apa??! Ternyata hanya mimpi?",
Ucapku dengan perasaan campur aduk.
Aku terbangun dari tidur ku dengan jantung berdegub kencang, rasanya persis seperti diburu seseorang. sungguh
perasaan yang aneh, kupikir itu adalah mimpi buruk. Bergegas aku menuju meja belajar untuk menulis
segala perangai nya namun nahas ingatan ku sekejap memudar. Itu seperti aku pernah mengalaminya,
entah pernah entah tidak. Baiklah
kulanjutkan saja tidurku siapa tahu akan ada kelanjutannya.
aku
terbangun namun dengan rasa kecewa. Bagaimana tidak? Semuanya seperti datang
hanya untuk singgah namun tak
sungguh. Waktu menunjukan pukul 05.30 itu waktu yang pas untukku mempersiapkan diri tuk sekolah hari ini.
Jarum jam dengan cepat bergerak ke arah angka
6 dengan pergerakan ku yang tidak mau
mengalah. Hari ini pun sama seperti sebelumnya, tapi aku selalu berdoa agar hari ini menjadi yang terbaik untuk diriku dan dunia. Dengan
persiapan yang jangkap, ku buka pintu lalu
dengan lancang angin sepoi-sepoi menusuk setiap bagian tubuh, bahkan samar
terdengar nyanyian burung-burung yang
terharmonisasikan dengan indah, dan si tidak mau kalah, instrumen terpenting dalam hidup kita, tak lain tak bukan
adalah sang mentari, yang memperkaya suasana golden hour pagi mendekati
kata sempurna. Sungguh
pagi yang romantis.
Setiap
hal masih berjalan baik sampai kupikir untuk mencoba jalan tikus dekat rumah
ku. Setiap hari kuakui aku berjalan
hanya melalui jalan biasa. Singkatnya karena aku tak pernah berangkat kesiangan sehingga
mengharuskan ku menggunakan jalan setapak yang berbeda. Kupikir
ini lah kesempatan sekali seumur hidup
untuk bisa lewat jalan tersebut. Aku dengan tas berat dipundakku bergegas pergi
ke sekolah.
Sebelum
tiba di jalan tikus, aku bertemu seekor kucing hitam dengan lonceng putih di
lehernya, dia berlari sangat kencang.
Anehnya kucing itu terlihat seperti ketakutan. Kupikir mungkin dia beradu otot dengan hewan sejenisnya. Di sisi lain sepertinya aku pernah melihat
kucing itu, karena
rasanya sungguh familier serupa saat aku bangun tidur
dengan mimpi aneh. Lalu dengan langkah acuh tak acuh aku melanjutkan perjalanan ku
Sesampainya
ditengah jalan tikus itu, tiba-tiba
perasaan ku seperti tidak karuan, aneh, dan terasa tidak asing. Aku mencoba mencari apa yang salah dari diriku ini
seperti memeriksa tas berat ku, melihat sisi
jalan, merogoh setiap kantung di pakaian, aku seperti orang yang tengah
kebingungan. Sampai aku melihat
persimpangan jalan yang belum ku tahu sebelumnya. Mirip seperti pertigaan
dengan jalan ke kiri adalah
arah ke sekolah. Anehnya jantung
ku berdegup kencang
seolah ingin diriku
pergi
mendekatinya.
Kupikir akan baik-baik saja bukan, jika hanya sebentar saja. Dengan rasa ragu
aku bergegas pergi memeriksannya.
Saat aku masuk ke jalan tersebut, jantung ku semakin berdegub cepat ketika
aku melihat tepatnya
di seberang jalan ada sebuah rumah
tua dengan jalan
masuk konvensional. "Bagaimana bisa ada rumah
seperti ini, diantara
perumahan disekitarnya yang begitu modern?
dan apa apaan dengan jalan masuk ini? Kenapa tidak beraspal?",
Sahutku yang dipenuhi begitu banyak pertanyaan.
Yang
bisa kulihat dari tempat ku berdiri adalah adanya barang yang belum pernah
kulihat sama sekali. Tampak dibalik
kaca usang itu samar terlihat sebuah phonograph tua. Perasaanku semakin tidak
karuan dengan hanya melihatnya.
jika aku tidak menahan kaki ku untuk diam mungkin saja aku sudah berlari karena
saking penasarannya, syukurlah aku pria yang betul-betul
pria.
Sekali
lagi aku berpikir apa yang terjadi pada diriku namun rasa haus penasaran terus membanjiri
pikiran ini. Perasaanku semakin
bergejolak hebat saat melihat jam ditangan kiri ku, yang mengisyaratkan waktu masuk ke sekolah masih cukup lama.
"Sepertinya tuhan bersamaku hari ini", ujarku dengan senyuman lebar. Bergegas aku melewati jalan berbatu itu dan sampai di bibir rumah. Ketukan
halus 3 kali terdengar namun
seperti nya pemilik tidak ada dirumah. Jika kau pikir aku kecewa maka kau
salah, karena saat perlahan perasaan
itu muncul tangan ku yang memegang gagang pintu secara tidak sengaja membukanya. Sontak aku terheran dan
berfikir, jika pemilik rumah mungkin sedang pergi keluar. Tapi sepertinya sang iblis penggoda tak tinggal
diam, dia benar benar membelenggu hati ini dengan rasa penasaran. "Bukannya ini hanya
sebentar? ayolah tidak apa-apa! lagi pula
kau hanya melihatnya kan?
Waktu mu masih tersedia
kau tahu?.", Bisiknya
yang membuat ku membulatkan keputusan untuk masuk.
Di
dalam rumah tua usang itu, banyak sekali benda-benda pada era 90-an, rasanya
seperti pesta dengan konsep retro.
Benda-benda seperti phonograph beserta piringan hitam, koleksi piring antik
kuno, lukisan vignette di
tengah-tengah vas bunga antik yang sepertinya jika pecah akan senilai dengan
satu ginjal ku bahkan lebih. Walaupun
semua itu belum pernah ku lihat, perasaan ini sangat familier seperti saat aku bermimpi semalam. aku yakin perasaan ku
ini adalah petunjuk terhadap suatu misteri. Ditengah atensi ku yang seolah di renggut paksa oleh
suasana klasik itu, aku melihat koleksi bunga yang tertata rapi di lemari kaca besar di ujung ruang. warnanya
sungguh serasi. tapi dari sekian warna yang mencolok ada satu yang aku yakini menjadi "spotlight" diantara bunga-bunga
lainnya. Ialah pot kecil porselen dengan bunga dandelion
putih.
Seketika aku teringat tugas
yang ku lupakan. Itu adalah
tugas prakarya yang hari ini adalah deadline
nya. Kami ditugaskan membuat
kerajinan tangan dan masing masing tidak boleh sama. Mensiasati hal tersebut,
ketua kelas menyarankan untuk mengundinya agar lebih adil. Teman sebangku
ku mendapat
bagian keranjang rotan,
sontak membuat ku tertawa lepas.
Nahas sekali nasibnya. Giliran
ku tiba dan aku mendapat
bagian membuat pot bunga. Tentu hal itu sangat mudah bagiku, karena ibu ku
adalah pengrajin keramik.
Semuanya akan mudah
jika ada orang dalam.
Hari itu kebodohan ku mencapai titik terbaiknya. aku lupa membawa pot yang sudah ku kemas dengan baik di meja belajar. Seraya melihat jam dinding glamor itu, aku semakin panik dengan jarum jam yang seperti memburuku. Lantas tanpa pikir panjang aku buka lemari kaca besar itu, dan dengan segera kuambil pot bunga porselen dengan bunga dandelion. Berfikir akan baik baik saja, seorang kakek tua muncul entah dari mana. meledakan suasana menjadi lebih gila lagi. Pastinya aku terkejut sampai- sampai aku terjatuh dari postur kokoh ku. Tiba-tiba matahari menarik cahayanya menjauhi rumah tua, awan yang tadinya putih kini perlahan menjadi hitam, dan angin kencang membuat rumah itu seolah- olah akan roboh. Mataku benar benar terbelalak tidak percaya dengan apa yang ku lihat. Aku yakin dengan seyakin-yakinnya kakek tua dengan tokat sanggah itu adalah sang pemilik. Ketika melihatnya perasaan familier itu seperti berbisik jelas bahwa aku pernah melihatnya. Belum sempat aku jelaskan alasan ku, tiba-tiba, "Kembalikan!", Suara serak menakutkan yang langsung kembali memecahkan suasana membuat ku langsung terbangun dan berkata "Apa?! Ternyata hanya mimpi?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah mengunjungi website resmi Himpunan Mahasiswa Kimia FMIPA UNY