Apa yang Terjadi pada Tubuh saat Berpuasa?

Berpuasa merupakan salah satu praktik yang dilakukan oleh banyak orang di berbagai belahan dunia, terutama umat Muslim. Umat Muslim setiap tahunnya melakukan puasa selama bulan Ramadan sebagai bagian dari rukun Islam. Puasa dalam Islam dilaksanakan mulai dari fajar hingga terbenamnya matahari. Di Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa, puasa dilakukan kurang lebih 12-13 jam setiap harinya. Berbeda dengan negara yang jauh dari garis khatulistiwa, umat Islam melaksanakan puasa mencapai 18-19 jam. Lalu, apakah puasa memengaruhi kesehatan? Apa yang terjadi pada tubuh saat berpuasa?

Saat seseorang berpuasa, tubuh mengalami berbagai perubahan fisiologis yang signifikan. Pada awalnya, ketika tubuh tidak mendapatkan asupan makanan atau minuman, tubuh akan mulai memanfaatkan cadangan energi yang ada, yaitu glikogen yang tersimpan di hati dan otot. Proses ini membantu organ tubuh tetap berfungsi, meskipun tidak ada asupan makanan yang masuk. Setelah beberapa jam berpuasa, glikogen mulai habis dan tubuh beralih ke pembakaran lemak untuk mendapatkan energi. Pembakaran lemak memicu pengurangan berat badan hingga memperkecil risiko terjadinya diabetes. Namun, menurunnya kadar gula darah juga dapat membuat tubuh merasa lesu. Lemahnya kondisi tubuh ini juga memicu mual, bau mulut, hingga sakit kepala.

Puasa Ramadan melibatkan perubahan signifikan dalam komposisi makanan yang ditandai dengan peningkatan makanan kaya karbohidrat dan berlemak, di samping pengurangan asupan protein dan sayuran. Perubahan ini kemudian memengaruhi konsentrasi hormon pengatur nafsu makan. Perubahan keseimbangan makronutrien ini dapat memengaruhi sekresi dan metabolisme hormon pengatur nafsu makan. Ghrelin adalah peptida oreksigenik yang dihasilkan oleh sel endokrin di lambung. Konsentrasinya dalam aliran darah meningkat sebelum makan, setelah periode kekurangan makanan, dan setelah jenis penurunan berat badan tertentu untuk memicu nafsu makan. Konsentrasi ghrelin meningkat efek puasa Ramadan.

Puasa memberikan manfaat bagi tubuh apabila keseimbangan asupan tetap dijaga. Ketika seseorang berpuasa, saluran pencernaan beristirahat, memberi kesempatan bagi tubuh untuk memperbaiki dan membersihkan sel-sel yang rusak, suatu proses yang dikenal dengan istilah autofagi. Meskipun banyak manfaatnya, berpuasa juga bisa menyebabkan penurunan energi, terutama jika asupan makanan tidak cukup. Secara keseluruhan, puasa merupakan suatu proses yang memungkinkan tubuh untuk melakukan detoksifikasi dan perbaikan, tetapi juga memerlukan perhatian untuk menjaga keseimbangan agar tetap sehat.


Referensi:

Alogaiela, D. M., Alsuwaylihia, A., Alotaibi,M. S., Macdonald, I. A,, & Lobo, D. L. (2025). Effects of Ramadan intermittent fasting on hormones regulating appetite in healthy individuals: A systematic review and meta-analysis. Clinical Nutrition 45: 250-261.

Kojima, M., Hosoda, H., Date, Y., Nakazato, M., Matsuo, H., & Kangawa, K. (1999). Ghrelin is a growth-hormone-releasing acylated peptide from stomach. Nature, 402(6762), 656-660.

Mushtaq, R., Akram, A., Mushtaq, R., & Ahmed, S. (2019). Effect of Ramadan fasting on body weight and serum leptin level: a prospective study. Journal of the Dow University of Health Sciences (JDUHS), 13(1), 3-9.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah mengunjungi website resmi Himpunan Mahasiswa Kimia FMIPA UNY