Oleh: Naraya
Suatu ketika, Pangeran Ali, Pangeran dari kerajaan Aliabwa hendak berlatih berburu di hutan yang jauh dari kerajaannya. Ditengah-tengah perjalanan, Pangeran Ali menemukan sebuah kerajaan, yang tidak ia ketahuinya. Demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, ia mengurungkan niatnya untuk berlatih di hutan tersebut sebab ia tak banyak membawa pengawal.
Sesampainya di Kerajaan Aliabwa, ia bertanya kepada ayahnya yang sedang terbaring lemas karena sakit yang tak kunjung pulih. Diketahuilah bahwa kerajaan tadi adalah Kerajaan Lora, Kerajaan milik Raja Celos yang mempunyai putri bernama Putri Ara. Karena ia mendengar rumor bahwa Putri Ara adalah sosok yang sangat cantik, ia bermaksud melakukan kunjungan ke kerajaan tersebut. Sebelum melakukan kunjungan, rupanya ia telah mengirim surat ke Raja Celos.
Tibanya si kerajaan Lora, sambutan kepada Pangeran Ali dan pasukannya sangat meriah.
“Bersikap baiklah kepara Pangeran Ali, anakku….” perintah Raja Celos kepada putri kesayangannya.
“Dia pangeran yang kejam ayah, dia penghianat dari Aliabwa!” balas Putri Ara kepada Ayahandanya.
“Bukankah dia Pangeran yang sangat baik hati?” reaksi dari Raja Celos. “Ayah salah! Aku mendengar rumor bahwa dia sangat kejam ayah! Bahkan ia memperbudak rakyatnya mati-matian.”
“Tenanglah nak, ia pangeran yang baik hati, ayo kita sambut ia di pesta perjamuan.” Raja Celos tetap tak percaya akan hal tersebut.
“Baiklah ayah” balas Putri Ara atas ajakan ayahandanya tersebut.
Setelah pesta perjamuan selesai, Raja Celos terkaget dengan keadaan diluar. Sementara itu, Pangeran Ali berbincang kepada salah seorang pelayang,
“Kudengar Putri Ara sangat cantik, dimana dia?”
“Saya tepat didepan mata anda, PANGERAN” jawab Purti Ara dengan nada tegas. “Ternyata, rumor yang beredar tentang dirimu benar adanya. Kau sungguh cantik Putri” “Perkenalkan, saya Pangeran Ali dari Kerajaan Aliabwa.” Ucap santai Pangeran Ali. Purti Ara tak menggubrisnya.
Lalu pangeran Ali merespon,“Tolong jaga sikap anda terhadap calon suamimu sendiri” “Tunggu! aku tidak setuju akan hal ini!” rekasi kaget dari Putri Ara.
“Tetap lanjutkan keinginan saya, selama dia bisa diam dan tersenyum, tidak masalah” sahut PangeranAli.
“Apa apaan ini?” Putri ara tetap tidak setuju jika ia harus menikahi Pangeran Ali. “Anda tidak tahu? Masa depan negeri ini sekarang ada ditanganku!” ancam Pangeran Ali.
Rupanya Pangeran Ali telah menjebak Raja Celos. Saat pesta perjamuan berlangsung, PasukanKerajaan Aliabwa menyerang rakyat Kerajaan Lora. Raja Celos tak bisa melawan keinginan Pangeran Ali, sebab Kerajaan Aliabwa meupakan kerajaan terkuat karena mempunyai pasukan perang yang tak tertandingkan. Jika keinginan Pangeran Ali tak terkabuklan, bisa musnah kerajaan Lora karena dihabisi pasukan Kerajaan Aliabwa. “Maafkan Ayah, putriku, ini semua demi negeri kita…” ucap Raja Celos.
“TIDAK! TIDAK!” tolak Putri Ara dengan lantang.
“Dasar egois! Ikut aku!” perintah Pangeran Ali.
“Pasang wajah sombongmu dan lihat penderitaan rakyatmu!” ucap Pangeran Ali lagi. “Tuan putri! Anda akan menolong kami kan? Putri tolong anak saya….” Teriak rakyat sahut-sahutan.
“Mari putri, gengam tanganku. Tunjukkan pada rakyat siapa pahlawannya.” Ucap halus Pangeran Ali.
“Aku benar-benar membencimu!” Putri Ara membalas perkataan Pangeran Ali di dalam hati.
Akhirnya Putri Ara menyetujui keinginannya, dengan tujuan menyelamatkan rakyatnya. Tak lama kemudian, Pangeran Ali langsung membawa Putri Ara ke Kerajaan Aliabwa. “Apa kau tidak bisa tersenyum sedikit saja? Aku suka senyumanmu. Sebentar lagi kita akan tiba di kerajaanku.” sela Pangeran Ali di tengah-tengah perjalanan. “Saya ‘senang’ sekali” balas Putri Ara dengan nada datar.
“Ini rakyatmu..? Mereka terlihat menderita, apa yang pangeran perbuat pada mereka?” Tanya Putri Ara kepada Pangeran Ali.
“Kerajaanku kaya dengan tambang emas, pemalas seperti mereka perlu diberi cambuk sesekali” balas Pangeran Ali dengan nada sok.
“Kasihan sekali….” Belum selesai berbicara, Pangeran Ali langsung menyala, “Selama kita KAYA, semua akan terlihat indah sayang” nada mesra mulai dikeluarkan Pangeran Ali.
Setelah sampai di Kerajaan Aliabwa, Putri Ara langsung menuju kamar. Dikamar Purti Ara, terjadi perbincangan antara Pangeran Ali dengan calon istrinya tersebut. “Sedang apa Pangeran di kamar saya? Keluar atau saya akan…” Teriak Purti Ara “Aku hanya memastikan bahwa kau tidak mencoba untuk melarikan diri”, jawab Pangeran Ali
“Tidak, saya tidak akan melarikan diri” timbal Putri Ara.
Karena melihat keadaan rakyat kerajaan ini yang sangat menderita, saat Pangeran Ali telah keluar dari kamarnya, Ia bersiap untuk berkeliling ke pemukiman rakyatnya. “Ada keperluan apa hingga seorang gadis muda nekat ke tempat kumuh ini?” Tanya seorang warga.
“Bisa bertahu aku informasi mengenai negeri ini?” pertanyaan sekaligus perintah Putri Ara dengan nada lembut.
“Serapa harga yang sanggup nona bayar?” warga tadi membalas perkataan Putri Ara. “Sebanyak yang bahkan mustahil untuk dibayangkan” jawab Putri Ara. “Ini rahasia besar, rakyat kinisedang bersiap melaksanakan kudeta…. Dan penyerangan
akan dilakukan di hari pernikahan pangeran…. Seluruh anggota keluarga kerajaan akan diserang. Tak terkecuali Putri yang baru datang dari negri lain itu.” bisik warga kepada Putri Ara.
“Tunggu, apa apaan?” reaksi kaget Putri Ara.
“Memang, sangat disayangkan, mengapa Putri secantik dia mau…” balas warga tadi, karena belum mengetahiu bahwa yang sebenarnya ada didepannya adalah Putri yang dimaksud tersebut.
“Katakan pada Mereka semua, bahwa Sang Putri yang akan memimpin
pemberontakan” balas Putri Ara.
Setelah kejadian itu, malamnya lagi, Putri Ara hendak menyerahakan kunci kerajaan ke markas pemberontakan.
“Siapa wanita ini! Siapa yang membocorkan markas rahasia kita?” reaksi heran dari salah satau warga.
“Wahai kalian yang diperbudak sang penguasa karena keserakahannya, kalian memerlukan benda ini kan? Lakukan pemberontakan tanpa adanya kesalahan sedikit pun” Perintah Putri Ara sambil mengacungkan kunci kerajaan yang ada ditangannya. “Kunci kerajaan? Anda…. Sang Puti?!” warga lainnya juga ikut heran.
“Ingtlah aku dalam sejarah kebebasan kalian!” ucap Putri Ara.
Setelah itu, Putri Ara segera kembali ke kemarnya. Pangeran Ali kembali mendatangi kamar Putri Ara.
“Tak terasa besok adalah hari pernikahan yang merepotkan” pernyataan Pangeran Ali. “Saya juga sudah tidak sabar, Yang Mulia” balas Putri Ara sambil tersenyum. “Huh? Sejak kapan kau mulai tersenyum seperti itu. Mencurigakan. Apa yang kau
sembunyikan? Apakau merencanakan sesuatu di belakangku?” Tanya Pangeran Ali terhadap Putri Ara.
“Mencintaimu artinya aku gagal menyelamatkan negeri ini” jawab Putri Ara. “Kau benar-benar putri yang tidak tahu diri! Padahal kau tinggal duduk diam dan mencintaiku saja!”teriak Pangeran Ali karena kesal dengan Putri Ara.
Putri Ara dimasukkan ke penjara bawah tanah oleh pangeran Ali sebab ia tak mau menunda pernikahannya di esok hari.
Didalam hati, Putri Ara berkata kepada dirinya sendiri sambil menanggis, “Aku hanya ingin kembali ke negriku…. aku rindu ayahanda….” “Seorang Putri tidak boleh berakhir seperti ini.” Kekecewaan Putri Ara mulai tergambarkan dari rautwajahnya. Tak lama kemudian, “Maafkan keterlambatan kami Tuan Putri….”
Beberapa rakyat yang dijumpainya kemarin menyelamatkannya dari penjara bawah tanah. Kemudian Putri Ara dan seluruh rakyat negeri Aliabwa mulai mempersiapakn pemberontakannya.
“Matahari masih belum terbit, mari kita habisi keluarga kerajaan saat mereka masih tertidur lelap!” perintah Putri Ara dangan nada lantang.
Akhirnya rakyat kerajaan Aliabwa bisa hidup damai, tentram, dan sejahtera. Kekuasaan Kerajaan Aliabwa diambil oleh Putri Ara. Sebagai hadiah dari Raca Celos atas keberhasilan putri kesayangannya itu, kekuasaan Kerajaan Lora diwariskan kepada Putri Ara. Kini, kerajaan Lora dan Kerajaan Aliabwa hidup bersama secara berdampingan. Karena Putri Ara pandai dalam mengelola sumber daya alam yang ada di kedua kerajaan tersebut, kedua kerajaan tersebut menjadi sangat maju dan berada pada masa kejayaan.
Halo pembaca!
Banyak kekurangan dan banyak kesalahan, mohon dimaafkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah mengunjungi website resmi Himpunan Mahasiswa Kimia FMIPA UNY